Rabu, 20 Januari 2010

Vaksin HIV anti-AIDS Ditemukan




(nydailynews.com)
INILAH.COM, Bangkok - Untuk pertama kalinya di dunia, para ahli medis akhirnya menemukan vaksin anti-AIDS. Meski hanya percobaan, vaksin itu terbukti mencegah infeksi virus HIV. Benarkah dunia kedokteran telah memasuki era baru?
“Inilah bukti pertama kami bisa menciptakan vaksin yang efektif dan prefentif,” kata Kolonel Jerome Kim dari Angkatan Darat AS yang mensponsori riset vaksin tersebut. “Hasil ini membuat kami bersemangat untuk terus mengembangkan vaksin AIDS. Inilah jerih payah kami selama ini,” lanjutnya seperti dikutip AP, Kamis (24/9) kemarin.
Hasil tersebut diperoleh setelah dilakukan sebuah percobaan berskala terbesar di dunia. Eksperimen di Thailand itu melibatkan 16 ribu sukarelawan dan 31% di antaranya mencegah penularan virus HIV, setelah diberi vaksin. Memang, hasilnya belum begitu besar namun para ahli mendapatkan sebuah optimisme baru dalam memerangi AIDS.
Kelompok periset vaksin AIDS lainnya, Vaccine Advocacy Coalition, ikut gembira dengan temuan tersebut. Direktur Eksekutifnya, Mitchell Warren, menyatakan dunia kedokteran telah memasuki sebuah tonggak sejarah yang baru. Meski demikian, ia sadar banyak yang harus dilakukan para ahli untuk membuat vaksin yang sepenuhnya sukses.



“Ini bukan akhir perjalanan kami. Namun harus saya akui, kami semua cukup terkejut dan gembira dengan temuan ini,” ujar dokter di National Institute of Allergy and Infectious Diseases yang ikut membantu riset AD AS, Anthony Fauci.
Meski marjinnya kecil, vaksin ini memiliki dampak yang sangat besar. Pasalnya, AIDS sendiri juga termasuk salah satu masalah besar yang dihadapi dunia. Sekitar 7.500 orang setiap hari menjadi penderita baru. UNAIDS memperkirakan dua juta orang tewas karena penyakit ini pada 2007 lalu.

Riset di Thailand ini sebenarnya pengujian dua kombo vaksin AIDS, yakni ALVAC dari Sanofi Pasteur dan AIDSVAX dari VaxGen Inc. Obat pertama, memberikan sistem imun terhadap serangan HIV dan yang kedua memberikan kekuatan terhadap respon fungsi itu. Mulanya, pada pengujian yang dilakukan sejak 2003 itu belum menunjukkan hasil yang positif.
“Meski melakukan yang terbaik, saya benar-benar tak berharap bakal melihat hasil yang positif,” kata Fauci. Hasil yang ia capai, membuktikan bahwa bersikap skeptis itu salah besar.
Kolonel Kim yang mengatur masalah program vaksin HIV di AD, mengatakan kombinasi kedua obat itu jauh lebih kuat dibandingkan saat mereka bekerja sendiri-sendiri. Riset itu melibatkan perempuan dan laki-laki berusia 18 hingga 30 tahun yang beresiko terinfeksi. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, satu diberi vaksin dan lainnya tidak.
Hasilnya, infeksi baru terjadi pada 51 dari 8.197 yang disuntikkan vaksin dan 74 dari 8.198 yang diberi suntikan palsu. Artinya, vaksin itu menurunkan resiko terkena HIV hingga 31%. Vaksin itu sama sekali tak berpengaruh pada mereka yang sudah terkena terinfeksi AIDS, hal ini merupakan tujuan awal riset tersebut.
Detil lengkap riset yang telah menelan US$ 105 juta ini akan dipaparkan di hadapan ahli dokter dunia dalam sebuah konferensi vaksin di Paris, Oktober mendatang. Percobaan vaksin AIDS besar-besaran sebelumnya pernah dilakukan pada 1983 lalu, kali ini merupakan yang ketiga. Analisa sempat mengungkapkan sejumlah vaksin malah membuat seseorang makin rentan.
Belum ada kejelasan, apakah riset ini berujung pada tender lisensi pembuatan vaksin kombo yang digunakan di Thailand. Selain itu, Badan POM AS (FDA) menganjurkan sebuah riset lain sebelum vaksin itu memperoleh lisensi di negara mereka. Kemudian juga apakah sukarelawan yang diberi vaksin palsu akhirnya disuntikkan dengan vaksin aslinya.
Terpenting, periset berharap resiko terpapar virus HIV bisa turun hingga 50% sehingga mereka bisa mulai memberikannya pada seluruh sukarelawan. Perjalanan masih panjang, pencapaian ini juga belum disampaikan kepada otoritas kesehatan dari berbagai negara. Mereka juga masih harus meneliti seberapa lama efek proteksi vaksin tersebut.
“Kemudian juga berapa banyak dosis yang dibutuhkan dan apakah melindungi semua orang yang berpotensi terkena HIV, termasuk yang menggunakan narkoba melalui suntik,” lanjut Fauci. Lagipula, vaksin baru diujikan di Thailand yang berarti virus HIV rangkaian Thailand. Fauci dan timnya belum mengujikannya di Amerika, Afrika, dan beberapa belahan bumi lainnya.

3 komentar:

awalandak mengatakan...

bahaya dong . makin banyak maksiat bisa - bisa .

kautsar mengatakan...

mantep sob..

Anonim mengatakan...

rasenye saintis yg menemukan vaksin ni xlme lg mati kne bunuh.....
dlu pn ade yg berjaya menemukn vaksin ni...tpi akhir nye mati kne bunuh....
krana....ubat penahan sakit untuk HIV & AIDS ni sgt mahal....ini memberi keuntungan yg sgt besar kpd pengeluar ubat..

Posting Komentar